Minggu, 14 Desember 2014

SERARAH KURIKULUM 1975



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kurikulum pada hakekatnya adalah alat pendidikan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum akan searah dengan tujuan pendidikan, dan tujuan pendidikan searah dengan perkembangan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.[1] Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya kurikulum maka setiap kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar.
 Departemen Pendidikan Nasional juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap peraturan yang berkait dengan kurikulum.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam dunia pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama. Hal ini akan mengakibatkan suatu generasi tidak dapat sejajar dengan generasi di belahan bumi lainnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain, prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan. Indonesia yang merdeka pada tahun 1945 atau kurang lebih sudah 65 tahun lamanya, tentu sudah mengalami berbagai macam perubahan kurikulum.
B.     Rumusan Masalah
1.      Dapat menjelaskan sejarah kurikulum tahun 1975?
2.      Apakah kelebihan dari kurikulum 1975?
3.      Apakah kekurangan dari kurikulum 1975?
4.      Dan apakah dampak dari kurikulum 1975?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1975
Setelah Indonesia memasuki masa Orde Baru maka tatanan kurikulum mengalami perubahan dari “rentjana peladjaran” menuju kurikulum berbasis pada pencapian tujuan. Dalam konteks ini kurikulum subjek akademik merupakan model konsep kurikulum yang paling tua , sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunan relatif mudah, praktis  dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik , perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu.
Dalam kurikulum ini fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi muda. Sejak tahun 1968 di negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap program pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun kebijaksanaan pemerintah yang menyebabkan pembeharuan itu adalah:
1.      Selama pelita 1 yang mulai pada tahun 1969 talah banyak timbul gagasan baru tentang pelaksanaan tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
2.      Adanya kebijakan  pemerintah dibidang pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN yang antara lain:”mengejar ketinggalan di bidang ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembengunan.”
3.      Adanya hasil analisis dan penelaian pendidikan nasional oleh departemen pendidikan dan kebudayaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.
4.      Adanya  inovasi dalam sistem belajar mengajar yang dianggap lebih efesien dan efektif  yangtelah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
5.      Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang sudah berlaku.[2]
Pada kurikulum 1968 terdapat hal-hal yang merupakan faktor kebijakan pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan,sehingga deperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntunan masyarakat yang sedang membangun. Atas pertimbangan tersebut maka dibentuklah kurikulum tahun 1975. Segala upaya untuk mewujudkan strategi pembangunan di bawah pemerintah Orde Baru dengan program pelita dan repelita.

B.     KELEBIHAN DAN KELEMAHAN KURIKULUM TAHUN 1975
Dalam kurikulum ini fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi muda.
1.      Kelebihan Kurikulum Tahun 1975
a.       Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai dan mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
b.      Beroreantasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujan yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan hirarki tujuan pendidikan.
c.       Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integretif.[3]
d.      Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (Rangsang- jawab) dan latihan drill.
e.       relevansi secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
f.       fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
g.      kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan
h.      Materi pelajaran dikemas dengan menngunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
i.        Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajari.
j.        Belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya.
Kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan. Dalam sejarah perkembanganya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar peserta didik.[4]
2.      Kelemahan Kurikulum Tahun 1975
a.       Terdapat ketidak serasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
b.      Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
c.       Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
d.      Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
e.       Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah.
f.       Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte menonjol digunakan oleh para guru.
g.      Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas.[5]

C.    DAMPAK KURIKULUM TAHUN 1975
Penerapan kurikulum 1975 disekolah melalui peranan yang dilakukan guru yaitu dengan mengembangkan satuan pelajaran (satpel). Satuan pelajaran pada dasarnya adalah rencana guru dalam mengembangkan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) menjadi kurikulum guru dalam bentuk rencana tertulis guru. Satuan pelajaran yang harus dikembangkan guru masih terbatas pada pengembangan satu pokok bahasan yang terdapat pada GBPP dan belum menjadi rencana pembelajaran guru untuk satu semester. Pemikiran bahwa implementasi atau penerapan kurikulum di lakukan melalui perencanaan guru dalam bidang studi secara terpisah masih mendominasi pemikiran para pengembang kurikulum. Oleh karena itu satuan pelajaran dibuat oleh guru bidang studi tersebut baik yang dilakukan guru secara individual maupun dalam kelompok musyawarah kerja guru bidang studi.[6] Guru bidang studi IPS mengembangkan satuan pelajaran untuk kelas yang diajarnya demikian pula guru bidang studi IPA, matematika, bahasa Inggris dan seterusnya.
Pada waktu dipertemuan di musyawarah kerja guru bidang studi mereka berkelompok pada kelas yang diajar oleh guru dari berbagai sekolah dan menghasilkan satuan pelajaran untuk bidang studi kelas yang menjadi tanggung jawab mereka. Sebagaimana kurikulum sebelumnya, pemikiran bahwa kurikulum adalah kurikulum sekolah dan bidang studi ataupun mata pelajaran adalah bagian dari kurikulum sekolah belum menjadi fokus perhatian para pengembang kurikulum. Konsekuensi dari pemikiran bahwa kurikulum adalah sekolah menghendaki perencanaan dokumen kurikulum yang menggambarkan adanya keutuhan tersebut. Oleh karena itu materi kurikulum yang masuk kategori keterampilan (ketrampilan kognitif, ketrampilan sosial, ketrampilan kinestetik, dan sebagainya), dan materi kurikulum yang masuk dalam kategori nilai dan sikap harus diorganisasikan sebagai materi kurikulum yang dikembangkan melalui materi pengetahuan yang diorganisasikan dalam label mata pelajaran atau bidang studi. Pemikiransemacam itu pernah dimunculkan dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi dengan label kompetensi lintas kurikulum.[7]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang di desain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman dibawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.
Disetiap kurikulum tentunya mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam kurikulum tahun 1975 ini mempunyai kelebihan tentang bagaimana Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai dan mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan kelemahanya adalah Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
Kurikulum tersebut dalam pembuatanya telah mengikuti pedoman yang didalamnya terdapat prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum 1975 tersebut. Diantara prinsip tersebut adalah prinsip fleksibilitas program, efisiensi, efektivitas, berorientasi, tujuan, kontinuitas dan prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup. Dalam penerapanya guru mengembangkan satuan pelajaran, satuan pelajaran dibuat oleh guru bidang studi tersebut seperti guru bidang studi IPS, mengembangkan satuan pelajaran untuk kelas yang diajarnya, demikian pula guru bidang setudi IPA, matematika, bahasa Inggris dan lain-lain.
B.     Saran
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna. Besar harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsi pada suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua dan semoga bermanfaat.



[1] Sanjaya, W. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI. 2007. h. 17
[2]http://ekagurunesama.blogspot.com/2012/01/sejarahkurikulum-indonesia.html. Di akses 16 Oktober 2014.
[3] Anwar, Ibrahim. Ibrahim, Nini Telaah Kurikulum dan Buku Teks Bahasa Indonesia. Jakarta: Uhamka Press
[4] http: //kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.Html. Di akses 26 desember 2012
[5] http: //kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.Html. Di akses 16 Oktober  2014.


[6] Gunawan, Ary H. Kebijakan-kebijakan pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 1986
[7] Hamalik, Oemar. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar