BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum pada hakekatnya adalah
alat pendidikan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena
itu, kurikulum akan searah dengan tujuan pendidikan, dan tujuan pendidikan
searah dengan perkembangan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.[1]
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan
adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya kurikulum maka setiap kurun
waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar.
Departemen Pendidikan Nasional juga secara
teratur melakukan evaluasi terhadap peraturan yang berkait dengan kurikulum.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam dunia pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama. Hal ini akan mengakibatkan suatu generasi tidak dapat sejajar dengan generasi di belahan bumi lainnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam dunia pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama. Hal ini akan mengakibatkan suatu generasi tidak dapat sejajar dengan generasi di belahan bumi lainnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain, prioritas kebijakan nasional
ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta kondisi sosial,
termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu
melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang
digunakan. Indonesia yang merdeka pada tahun 1945 atau kurang lebih sudah 65
tahun lamanya, tentu sudah mengalami berbagai macam perubahan kurikulum.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Dapat menjelaskan sejarah kurikulum
tahun 1975?
2.
Apakah kelebihan dari kurikulum 1975?
3.
Apakah kekurangan dari kurikulum
1975?
4.
Dan apakah dampak dari kurikulum
1975?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
KURIKULUM TAHUN 1975
Setelah
Indonesia memasuki masa Orde Baru maka tatanan kurikulum mengalami perubahan
dari “rentjana peladjaran” menuju kurikulum berbasis pada pencapian
tujuan. Dalam konteks ini kurikulum subjek akademik merupakan model konsep
kurikulum yang paling tua , sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum
ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin
ilmu. Penyusunan relatif mudah, praktis dan mudah digabungkan dengan
model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik , perenalisme
dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu.
Dalam
kurikulum ini fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi muda. Sejak
tahun 1968 di negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai
akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap
program pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun
kebijaksanaan pemerintah yang menyebabkan pembeharuan itu adalah:
1. Selama
pelita 1 yang mulai pada tahun 1969 talah banyak timbul gagasan baru tentang
pelaksanaan tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
2. Adanya
kebijakan pemerintah dibidang pendidikan nasional yang digariskan dalam
GBHN yang antara lain:”mengejar ketinggalan di bidang ilmu ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembengunan.”
3. Adanya hasil
analisis dan penelaian pendidikan nasional oleh departemen pendidikan dan
kebudayaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan
nasional.
4. Adanya
inovasi dalam sistem belajar mengajar yang dianggap lebih efesien dan
efektif yangtelah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
5. Keluhan
masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang sudah
berlaku.[2]
Pada kurikulum 1968 terdapat hal-hal yang merupakan
faktor kebijakan pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional
tersebut belum diperhitungkan,sehingga deperlukan peninjauan terhadap kurikulum
1968 tersebut agar sesuai dengan tuntunan masyarakat yang sedang membangun. Atas
pertimbangan tersebut maka dibentuklah kurikulum tahun 1975. Segala upaya untuk
mewujudkan strategi pembangunan di bawah pemerintah Orde Baru dengan program
pelita dan repelita.
B. KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN KURIKULUM TAHUN 1975
Dalam
kurikulum ini fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi muda.
1.
Kelebihan
Kurikulum Tahun 1975
a. Menekankan
pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu mengusahakan
agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan
sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya
memadai dan mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas
maupun kuantitas.
b.
Beroreantasi pada tujuan. Pemerintah
merumuskan tujuan-tujan yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal
dengan hirarki tujuan pendidikan.
c.
Menganut pendekatan integrative
dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang
kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integretif.[3]
d. Dipengaruhi
psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (Rangsang-
jawab) dan latihan drill.
e. relevansi secara
internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen
kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara
eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan
ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi
peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan
masyarakat (relevansi sosilogis).
f. fleksibilitas;
dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat
luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang
selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
g. kontinuitas;
yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus
memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang
pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan
h.
Materi pelajaran dikemas dengan
menngunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam
pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi
pelajaran yang diberikan.
i.
Menanamkan pengertian terlebih
dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan
kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa
memahami konsep yang dipelajari.
j.
Belajar adalah berusaha menguasai
isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya.
Kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap
hanya menekankan materi yang disampaikan. Dalam sejarah perkembanganya secara
berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar peserta didik.[4]
2. Kelemahan Kurikulum Tahun 1975
a.
Terdapat ketidak serasian antara
materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
b.
Terdapat kesenjangan antara program
kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah
c.
Terlalu padatnya isi kurikulum yang
harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
d.
Guru dibuat sibuk menulis rincian
apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
e.
Pada kurikulum ini menekankan pada
pencapaian tujuan pendidikan secara sentralistik, sehingga kurang memberi
peluang untuk berkembangnya potensi daerah.
f.
Kurikulum ini berorientasi pada guru
hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang mendominasi proses pembelajaran,
metode-metode ceramah dan metode dikte menonjol digunakan oleh para guru.
g.
Kreativitas murid kurang berkembang
karena didukung oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek
dalam melakukan pembelajaran di kelas.[5]
C.
DAMPAK
KURIKULUM TAHUN 1975
Penerapan kurikulum 1975 disekolah melalui peranan
yang dilakukan guru yaitu dengan mengembangkan satuan pelajaran (satpel).
Satuan pelajaran pada dasarnya adalah rencana guru dalam mengembangkan
garis-garis besar program pengajaran (GBPP) menjadi kurikulum guru dalam bentuk
rencana tertulis guru. Satuan pelajaran yang harus dikembangkan guru masih
terbatas pada pengembangan satu pokok bahasan yang terdapat pada GBPP dan belum
menjadi rencana pembelajaran guru untuk satu semester. Pemikiran bahwa
implementasi atau penerapan kurikulum di lakukan melalui perencanaan guru dalam
bidang studi secara terpisah masih mendominasi pemikiran para pengembang
kurikulum. Oleh karena itu satuan pelajaran dibuat oleh guru bidang studi
tersebut baik yang dilakukan guru secara individual maupun dalam kelompok
musyawarah kerja guru bidang studi.[6]
Guru bidang studi IPS mengembangkan satuan pelajaran untuk kelas yang diajarnya
demikian pula guru bidang studi IPA, matematika, bahasa Inggris dan seterusnya.
Pada waktu dipertemuan di musyawarah kerja guru bidang
studi mereka berkelompok pada kelas yang diajar oleh guru dari berbagai sekolah
dan menghasilkan satuan pelajaran untuk bidang studi kelas yang menjadi
tanggung jawab mereka. Sebagaimana kurikulum sebelumnya, pemikiran bahwa
kurikulum adalah kurikulum sekolah dan bidang studi ataupun mata pelajaran
adalah bagian dari kurikulum sekolah belum menjadi fokus perhatian para
pengembang kurikulum. Konsekuensi dari pemikiran bahwa kurikulum adalah sekolah
menghendaki perencanaan dokumen kurikulum yang menggambarkan adanya keutuhan
tersebut. Oleh karena itu materi kurikulum yang masuk kategori keterampilan
(ketrampilan kognitif, ketrampilan sosial, ketrampilan kinestetik, dan
sebagainya), dan materi kurikulum yang masuk dalam kategori nilai dan sikap
harus diorganisasikan sebagai materi kurikulum yang dikembangkan melalui materi
pengetahuan yang diorganisasikan dalam label mata pelajaran atau bidang studi.
Pemikiransemacam itu pernah dimunculkan dalam rancangan kurikulum berbasis
kompetensi dengan label kompetensi lintas kurikulum.[7]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kurikulum adalah sejumlah rencana isi
yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang di desain untuk siswa dengan
petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis
dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman dibawah
bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi
belajar.
Disetiap kurikulum tentunya mempunyai
kelebihan dan kelemahan dalam kurikulum tahun 1975 ini mempunyai kelebihan
tentang bagaimana Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan
efisien dalam hal daya dan waktu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara
optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai dan mencapai tujuan tanpa kegiatan
yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan kelemahanya
adalah Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran
Kurikulum
tersebut dalam pembuatanya telah mengikuti pedoman yang didalamnya terdapat
prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum 1975 tersebut. Diantara prinsip
tersebut adalah prinsip fleksibilitas program, efisiensi, efektivitas,
berorientasi, tujuan, kontinuitas dan prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup.
Dalam penerapanya guru mengembangkan satuan pelajaran, satuan pelajaran dibuat
oleh guru bidang studi tersebut seperti guru bidang studi IPS, mengembangkan
satuan pelajaran untuk kelas yang diajarnya, demikian pula guru bidang setudi
IPA, matematika, bahasa Inggris dan lain-lain.
B. Saran
Penulis
menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna. Besar harapan
yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsi pada
suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi
pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua dan semoga bermanfaat.
[1]
Sanjaya, W. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana
UPI. 2007. h. 17
[2]http://ekagurunesama.blogspot.com/2012/01/sejarahkurikulum-indonesia.html.
Di akses 16 Oktober 2014.
[3]
Anwar, Ibrahim. Ibrahim,
Nini Telaah Kurikulum dan Buku Teks Bahasa Indonesia. Jakarta: Uhamka Press
[4]
http:
//kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.Html. Di
akses 26 desember 2012
[5]
http:
//kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.Html. Di
akses 16 Oktober 2014.
[6]
Gunawan, Ary H. Kebijakan-kebijakan pendidikan. Jakarta
: Rineka Cipta. 1986
[7]
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar